tag:blogger.com,1999:blog-500439453135931952024-03-13T23:53:09.386-07:00Contoh Kasus Hukum AdatSALAH satu cerminan politik hukum dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), adalah adanya unifikasi hukum dalam bidang hukum agraria atau pertanahan di Indonesia, walaupun unifikasi tersebut bersifat unik, karena masih memberikan kemungkinan berlakunya hukum adat dan agama. Tetapi, adanya UUPA merupakan tonggak yang sangat penting dalam sejarah perkembangan agraria/pertanahan di Indonesia.THESAR MALINOhttp://www.blogger.com/profile/16352934019343840634noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-50043945313593195.post-39247798880131049802012-05-19T04:53:00.000-07:002012-05-19T04:53:31.007-07:00Contoh Kasus Hukum AdatSALAH satu cerminan politik hukum dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), adalah adanya unifikasi
hukum dalam bidang hukum agraria atau pertanahan di Indonesia, walaupun
unifikasi tersebut bersifat unik, karena masih memberikan kemungkinan
berlakunya hukum adat dan agama. Tetapi, adanya UUPA merupakan tonggak
yang sangat penting dalam sejarah perkembangan agraria/pertanahan di
Indonesia.<br />
Pengakuan hukum adat dalam UUPA dapat dicermati sejak
awal, yaitu melalui Konsiderans/Berpendapat dinyatakan, “perlu adanya
hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang
tanah”. Dalam Pasal 5 UUPA ditemukan adanya pernyataan, “Hukum agraria
yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat”.<br />
Makna
pernyataan istilah berdasarkan atas dan ialah hukum adat tersebut,
menunjukkan adanya hubungan fungsional antara Hukum Adat dan UUPA. Oleh
karena itu dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional (HTN), Hukum Adat
berfungsi sebagai sumber utama dan sebagai hukum yang melengkapi. Di
pihak lain UUPA dilihat dari kandungan nilai sosialnya dapat
dikategorikan sebagai hukum prismatik, karena berhasil
menjadikan nilai sosial tradisional dan modern secara bersamaan
sebagai dasar menetapkan prinsip-prinsipnya.<br />
Hubungan
fungsional antara UUPA dan hukum adat tampaknya relevan dengan kondisi
negara Indonesia yang bercorak multikultural, multietnik, agama, ras,
dan multigolongan. Juga, relevan dengan sesanti Bineka Tunggal Ika yang
secara de facto mencerminkan kemajemukan budaya bangsa dalam naungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi warna pluralisme hukum
tampaknya masih mendapat tempat, yaitu dengan mencermati adanya
dua/lebih sistem hukum yang saling berinteraksi.<br />
Hubungan
fungsional ini juga merefleksikan adanya cita (tujuan) hukum yang tidak
hanya secara konvensional ditujukan untuk menjaga keteraturan dan
ketertiban sosial (social order) dalam masyarakat yang fungsinya hanya
menekankan sebagai instrumen pengawasan sosial (social control). Dalam
masyarakat yang lebih kompleks cita hukum kemudian dikembangkan sebagai
alat untuk merekayasa kehidupan sosial (social engineering) untuk
mewujudkan nilai kepastian hukum. Namun, cita hukum hendaknya dapat
ditingkatkan agar dapat memainkan peran sebagai instrumen untuk
memelihara dan memperkokoh integrasi bangsa dalam masyarakat yang
bercorak multikultural.<br />
Secara filosofis pembentukan UUPA
ditujukan untuk mewujudkan apa yang digariskan dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-undang Dasar 1945 (yang selanjutnya disebut UUD 1945), bahwa
“bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”<br />
Pernyataan
ini mengandung arti bahwa menjadi kewajiban agar bumi, air, dan ruang
angkasa dan kekayaan alam yang diletakkan dalam kekuasaan negara untuk
mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan yang
dimaksudkan, kesejahteraan lahir batin, adil dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia.<br />
Dengan mengacu pada pemikiran tersebut,
selayaknya dalam mengimplementasikan UUPA tidak mesti ditemukan
adanya kompetisi dengan hukum adat masyarakat setempat, karena antara
UUPA dan hukum adat akan berfungsi saling melengkapi
(interkomplementer) dan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme)
dalam upaya mengisi kekosongan hukum yang ada, jadi tampak adanya
sinergi antara sistem hukum nasional dan sistem hukum adat. Selayaknya
hal itu juga dapat memberi rasa keadilan akan eksistensi terhadap hak
ulayat sebagai hak adat masyarakat hukum adat setempat.<br />
Dalam
kenyataannya beberapa kasus sengketa tanah (ulayat) yang ada dan terus
terjadi di Bali sampai saat ini justru menunjukkan adanya kompetisi
antara UUPA sebagai hukum negara (state law) di satu sisi dan hukum
adat sebagai hukum rakyat (folks law) di sisi lain, yaitu adanya
marginalisasi terhadap pengakuan dan perlindungan hak ulayat sebagai
hak adat dalam arti hak untuk hidup di dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dalam lingkungan hidup warga masyarakat sebagaimana tercantum
dalam lembaga adat, yang berdasarkan hukum adat dan yang berlaku dalam
masyarakat atau persekutuan hukum adat tertentu, khususnya mengenai
penguasaan dan pemilikan hak atas tanah ulayat oleh persekutuan hukum
yang disebut desa adat.<br />
Contoh kasus tanah ulayat, kasus Loloan
Yeh Poh di Banjar Tegal Gundul Desa Adat Canggu yang tampak terjadi
conflict of interest antara investor sebagai pemegang sertifikat HGB
menurut hukum negara (UUPA) dan masyarakat hukum adat sebagai pemegang
hak ulayat menurut hukum adat. Tetapi, sampai sekarang belum tampak ada
benang merahnya walaupun usaha penarikan ke arah itu sudah ada. Semua
itu sangat tergantung pada komitmen yang sungguh-sungguh dari semua
pihak terutama dari pemerintah daerah dalam memaknai konseptual
“pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat dan hak-hak
tradisionalnya” yang secara normatif telah mendapat pengakuan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Tap MPR No. IX/MPR/2001,
Pasal 18 B (2) UUD 1945, Pasal 2 (9) UU N0. 32/2004, UUPA No.5/1960,
UU No. 5/1994, Permendagri No. 3/1997, Permenneg Agraria/Kepala BPN No.
5 Tahun 1999, Keppres RI No. 34/2003, Perda Provinsi Bali No. 3/2001
Jo No.3/2003, keputusan Bupati Ba¬dung No. 637 Tahun 2003 berkaitan
kawasan limitasi, awig-awig desa adat. Namun, semua pernyataan
pengakuan tersebut belum diikuti upaya perlindungan hukum dengan
sungguh-sungguh secara empiris, sehingga proses pengukuran ulang HGB di
atas loloan belum dapat menyelesaikan kompetisi sistem hukum yang ada,
karena tidak menyentuh materi kasusnya, yaitu kawasan suci bagi umat
Hindu khususnya yang secara tradisi (turun temurun) telah memanfaatkan
tempat tersebut untuk melakukan kegiatan keagamaan. Oleh karena itu
bagaimana selayaknya pemerintah daerah mencermatinya sesuai dengan misi
yang diembannya menurut peraturan perundang-undangan tersebut?<br />
Pertama,
penyelesaian masalah harus menyentuh materi kasusnya, dan netralitas
sangat dipertaruhkan untuk menghindari adanya kesan yang bersifat
memihak (pengelonan menurut Sudargo Gautama) berkaitan dengan adanya
conflict of interest, dan sebaliknya mampu merefleksikan nilai
kepastian hukum di satu sisi dengan melakukan inventarisasi dan
analisis terhadap norma hukum tertulis, dan di sisi lain dapat menjamin
rasa keadilan dengan melakukan inventarisasi dan memahami norma hukum
tidak tertulis masyarakat hukum adat. Akhirnya berani mengambil
keputusan secara objektif, tepat dan cerdas dari hasil kajian yang
dilakukan, sehingga semua kepentingan dapat diayomi. Oleh Rawls disebut
keadilan sebagai fairness.<br />
Kedua, pemerintah daerah sekarang
harus menjadikan masalah pertanahan dan kekayaan alam sebagai salah
satu isu strategis yang diprioritaskan penataannya, yaitu hendaknya
membuka peluang bagi upaya penghargaan, perlindungan, dan pemenuhan
hak-hak masyarakat atas tanah dan kekayaan alam yang selama ini
terabaikan, sehingga nantinya adanya sinergi norma dan kepentingan, dan
akhirnya fungsi hukum sebagai sarana pengintegrasi dapat diwujudkan.
dalam upaya menciptakan interaksi yang bersifat saling menguntungkan
lebih-lebih Bali tetap diminati sebagai tempat berinvestasi, sebagai
dampak gerakan Balinisering terdahulu.<br />
Ketiga, dalam perspektif
pluralisme hukum, yaitu dengan adanya lebih dari<br />
<div style="text-align: left;">
Keempat, sifat dinamis
masyarakat hukum adat dan hukum adatnya kalau dimaknai secara tepat
akan mampu berintegrasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang makin
mengglobal, sehingga semua aktor yang terkait harus mampu memilah
hak-hak tradisional yang dapat direlokasi dan dimodifikasi sesuai konsep
kekinian, dan yang mana samasekali tidak boleh dimodifikasi dan harus
dilestarikan sesuai konsep ajeg Bali. Sehingga, dalam upaya memberi
perlindungan hukum pada hak-hak tradisional terhadap tanah ulayat
masyarakat hukum adat tidak menafikan kepentingan pihak lain, seperti
investor, sehingga perlindungan hukum secara preventif perlu mendapat
pengutamaan, karena sejak awal dalam pembuatan bentuk keputusan,
masyarakat hukum adat akan selalu dilibatkan. Juga, diperlukan komitmen
untuk melindungi nilai kesucian yang melekat pada hak ulayat yang
justru berpotensi dieksploitasi untuk mendatangkan keuntungan ekonomis
semua pihak.</div>THESAR MALINOhttp://www.blogger.com/profile/16352934019343840634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-50043945313593195.post-64850821486053999122012-01-04T00:14:00.000-08:002012-01-04T00:14:11.747-08:00Kepribadian manusia berdasarkan status-status facebooknya<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Kepribadian manusia itu berbeda-beda dan ada berbagai macam karakter, berikut beberapa kepribadian manusia berdasarkan status status facebooknya :<br />
<br />
<strong>1. Manusia Super Update</strong><br />
Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.<br />
Contoh : “Lagi makan di restoran A..”, “Dalam perjalanan menujuneraka..”, “Saatnya baca koran..”, dan sebagainya.<br />
<br />
<strong>2. Manusia Melankolis</strong><br />
Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain. Contoh : “Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..”, “Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..”.<br />
<br />
<strong>3. Manusia Tukang Ngeluh</strong><br />
Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.<br />
Contoh : ” Jakarta maceeet..!! Panas pula..”, “Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!”, “Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do’ i..”, dsb.<br />
<br />
<strong>4. Manusia Sombong</strong><br />
Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.<br />
Contoh : “Otw ke Paris ..!!”, “BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..”, “Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,”<br />
<br />
<strong>5. Manusia Puitis</strong><br />
Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.<br />
Contoh : “Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan”, “Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi”, “Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu”.<br />
<br />
<strong>6. Manusia in English</strong><br />
Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis gicyu Low..<br />
Contoh : “Tie and Chair..”, “I can tooth, you Pink sun..” dsb..<br />
<br />
<strong>7. Manusia Lebay</strong><br />
Updatenya selalu bertema ‘gaul’ dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..<br />
Contoh..” met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah… xixiixi” <br />
<br />
<strong>8. Manusia Terobsesi</strong><br />
Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat.<br />
Contoh : “duwh… sesi pemotretan lagi! cape…”<br />
<br />
<strong>9. Manusia Sok Tau</strong><br />
Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.<br />
Contoh : “Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla…bla,”<br />
<br />
<strong>10. Bioskop Mania</strong><br />
Update film yang abis ditonton dan kasih comment..<br />
Contoh : “ICE AGE 3..Recomended! !”, “Transformers 2 mantab euy..”<br />
<br />
<strong>11. Manusia pedagang</strong><br />
Contoh: “jual sepatu bla bla bla”<br />
<br />
<strong>12. Manusia penyuluh masyarakat</strong><br />
Contoh: “jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla”<br />
<br />
<strong>13. Manusia Alay</strong><br />
Ada berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.<br />
Contoh:Alay 1 : “DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!”<br />
Alay 2 : “km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? ”<br />
Alay 3 : “Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!”(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..saya pribadi juga mikirdulu buat nulis ini, walaupun jadinya kurang mirip sama yg aslinya..)<br />
<br />
<strong>14. Tipe Hidden Message</strong><br />
Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..<br />
Contoh : “For you my M***, I can’ t live without you..you are my bla bla bla..”,”Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo..” (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. . mana bisa baca…:p)<br />
<br />
<strong>15. Tipe Misterius</strong><br />
Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkanSubjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkinhanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinyamengundang kontroversi.<br />
Contoh : “Sudahlah..” , “Telah berakhir..” (apanya??),”Termenung.. .” (so what gitu, loh)<br />
<br />
tipe yg mna kah anda..??</div></div>THESAR MALINOhttp://www.blogger.com/profile/16352934019343840634noreply@blogger.com1